Selasa, 09 Februari 2010

mengapa saya bangga kepada bangsa indonesia

Jakarta – Bagaimana perasaan anda jika anda sedang berjalan-jalan santai di sebuah pusat perbelanjaan di Malaysia tiba-tiba ada seseorang bertanya kepada anda,”apakah anda orang Indonesia?” Ketika anda dengan bangga menjawab, “ya, saya orang Indonesia, memangnya kenapa?” Lalu orang tersebut kembali bertanya, “maukah anda mencarikan saya housemaid (pembantu) untuk kami? Because my housemaid sedang balik kampong!”

Apakah sekonyong-konyong nasionalisme kita runtuh dengan pertanyaan seperti itu? Atau mungkin saat itu kita ingin berucap balik pada yang bertanya (itu pun jika dia paham Bahasa Betawi), “mang, lo pikir negeri gue isinya pembantu semua apa?” atau “emangnya gue penyalur pembantu?”

Selalu terbersit dalam hati ini betapa bangganya dilahirkan menjadi orang Indonesia. Sebuah negara yang tanahnya begitu subur dan kaya akan hasil bumi walaupun ironisnya yang memanfaatkan adalah pihak asing. Berpenduduk muslim terbesar di dunia walaupun nuansa ke-Islaman hanya kental pada Bulan Ramadhan saja. Serta mulai merangkak hingga bisa mencapai sistem demokrasi seperti sekarang ini.

Sementara pemudanya beberapa kali rutin menggondol medali dalam olimpiade science Internasional. Para senimannya pun beberapa kali meraup gelar kehormatan di pentas seni dunia. Akan tetapi mengapa yang paling dikenal hanya sebagai negara pemasok tenaga kerja?

Itulah kenyataan yang harus dihadapi. Apalagi bila anda sempat berkunjung atau menetap di negara seperti Malaysia atau Timur Tengah. Sering diremehkan penduduk setempat menjadi makanan sehari-hari.

Beberapa kasus di Malaysia saja misalnya. Seringkali saya menemukan warga negara Indonesia yang saya ketahui dari logat Jawa-nya yang medhok tapi berusaha berbicara dalam bahasa Melayu. Seolah-olah menyembunyikan jati dirinya sebagai Bangsa Indonesia. Apalagi saat ditanya asal-usulnya.

Entahlah apa yang ada dalam pikiran mereka. Malukah? Ingin dianggap sebagai warga Melayukah? takut ditangkap ‘rela’-kah (petugas sweeping TKI tanpa izin
resmi)? Atau memang tidak memiliki kebanggaan terhadap tanah airnya.

Berlepas dari segala kekurangan, kelemahan, dan keterpurukkan negara kita, kebanggaan terhadap tanah air adalah sesuatu yang penting bagi setiap warga negara. Mungkin kita masih ingat pelajaran moral di sekolah dasar. Bangga menjadi bangsa Indonesia sering kali dikoarkan oleh guru kita.

Rutinnya upacara bendera setiap Hari Senin juga merupakan salah satu upaya membangkitkan nasionalisme kita. Namun, sudah maksimalkah usaha tersebut? Atau semakin lama rasa bangga tersebut semakin menguap seiring waktu?

Tidak sedikit yang saya dengar akan geramnya teman-teman yang menjadi tenaga profesional di berbagai perusahaan besar Malaysia. Saat mereka ditanya berasal dari Indonesia sebelah mana. Dengan senyum dan tanpa prasangka apa-apa dia menjawab dengan jujur asal daerahnya.

Pertanyaan yang lumrah dan tampak akrab. Namun, ketika muncul kalimat kedua yang menyatakan bahwa daerah asalnya sama dengan daerah asal pembantunya dia pun terhenyak. Mungkin saja kalimat kedua tadi meluncur begitu saja tanpa tendensi meremehkan, menghinakan, atau membandingkan diri kita dengan pembantu mereka. Akan tetapi, kalaupun tidak dengan maksud tersebut, tetap saja terasa menyakitkan.

Berasal dari daerah mana mungkin tidak terlalu penting. Tetapi, hal yang paling penting adalah apakah pekerja profesional sepertinya lebih mulia dari pembantu? Apakah majikan lebih baik dan lebih dulu masuk surga dari pembantunya?

Harga diri kita sebagai Bangsa Indonesia memang terkadang perlu ditunjukkan dengan kata-kata. Tentunya dengan kalimat yang cerdas dan tidak emosional. Agar mereka lebih berhati-hati ketika berbicara pada kita. Untuk itu kita perlu menambah pengetahuan dan sebab-sebab mengapa kita harus bangga menjadi orang Indonesia.

Seburuk-buruknya kondisi yang sedang dialami negara kita saat ini. Sepatutnya rasa bangga harus tetap ada walaupun sedikit atau nyaris hilang. Sebab, apabila kebanggaan tersebut hilang maka yang tinggal hanyalah sifat minder dan selalu merasa kalah. Sehingga akan sulit bagi kita berjalan tanpa mampu menegakkan kepala.

Tidak ada komentar:

peninjau

Arsip Blog

Mengenai Saya

Foto saya
saya orangnya baik hati,tidak sombong tapi kadang bores sama uang tapi kalau ada perlunya,saya orangnya emosian,saya tidak gampang tersinggung,saya gampang bergaul kepada siapa saja tidak mandang ras,warna kulit,saya orangnya setia pada kawan,tidak mau macem-macem apa lagi dengan narkoba